Menulis Ladang Berbagi Insprirasi


___Atin Supartini


Menulis, mungkin tak semua orang merasa asyik dan menikmati. Sebenarnya menulis itu bukan perkara suka atau tidak, juga bukan perkara ada yang bisa melakukan atau tidak, tetapi ada tanggung jawab atas ilmu yang seharusnya kita sampaikan ke banyak kalangan, banyak orang dan pada lintasan zaman.

Kemampuan menulis pada diri seseorang tidak datang dengan sendirinya. Selayaknya pisau yang butuh diasah.

Berlatih dengan sungguh-sungguh akan membuahkan hasil. Butuh merelakan waktu untuk belajar.

Jika ingin membuat tulisan tak lepas dari kebiasaan kita untuk mau membaca.

Tradisi membaca dan menulis dijalani oleh para ulama sejak dulu. Bahkan mereka menyediakan waktu dan ruang yang khusus untuk kegiatan tersebut.

Imam An-Nawawi berkata, “Selama dua tahun aku tidak pernah membaringkan tubuhku di atas tempat tidur. Diisi dengan membaca dan menulis.”

Betapa luar biasa perjuangan yang menandakan kesungguhan untuk terus berdakwah melintasi masa bahkan hingga dunia tutup usia. Pantas saja hidup mereka seolah tak pernah mati. Nasihatnya bisa kapan saja kita baca dan renungkan.

Menulis akan menembus ruang dan waktu.

Ibnu Jauzi berkata, 

"Aku menyimpulkan manfaat menulis banyak daripada manfaat mengajar dengan lisanDengan lisan aku bisa menyampaikan ilmu hanya pada sejumlah orang, sedangkan dengan tulisan aku dapat menyampaikan kepada orang yang tidak terbatas yang hidup sesudahku."

Maka tidakkah diri kita tergerak untuk menggoreskan catatan apa yang terbetik dalam benak dan pikiran kita?

Padahal di antara kita tentu banyak ide yang bisa menginspirasi serta memotivasi orang lain. Juga tentunya amal jariyah akan kita dapatkan kala banyak orang yang tergerak hatinya menuju arah kebaikan.

Memang bukan tugas kita memberi petunjuk, namun ketika dengan membaca apa yang kita tulis lantas ada keinginan untuk berubah sementara cahaya petunjuk sudah di depan mata niscaya perubahan akan terjadi pada siapa saja yang ingin meraihnya.

Terkadang dari kisah inspiratif yang kita tuliskan akan menjadikan pahala terus mengalir tanpa kita tahu. Juga kemuliaan serta keajaiban tanpa kita sadari pun tiba-tiba kita peroleh.

Allahu Akbar.Berkata cucu Imam Ibnu Jauzi. Sang kakek pernah bercerita, “Menjelang akhir hayatnya, saya pernah mendengar kakek berkata di atas mimbar, “Jari-jari tanganku ini telah menghasilkan dua ribu jilid kitab. Selama hidupku ada seratus ribu orang yang menyatakan diri tobat di hadapanku dan dua puluh ribu Yahudi dan Nasrani yang menyatakan diri masuk islam di hadapanku.”

Subhanallah....

Tidakkah kita ingin memetik hal yang sama? 

Mari kita budayakan iklim membaca dan menulis dalam keseharian kita yang mana waktu yang seharusnya kita siapkan untuk kegiatan tersebut ada porsi yang memadai. 

Bukan sekedar waktu sisa dari sekian kegiatan kita yang terkadang lebih banyak yang tak berarti.

Di sekolah saya suka heran pada segelintir teman yang bertanya,

"Atin, emang masih zaman menulis?"

Jawabanya, "Selagi nafas masih berhembus dan tangan masih bisa bergerak. Tidak ada alasan bagi saya untuk berhenti menulis. Karena dengan menulis hidup kita bisa bahagia."

Asy-Syukani mengatakan bahwa salah seorang ulama pernah berpesan kepadanya seraya mengatakan, “Jangan kamu menghentikan kegiatan menulismu sekalipun kamu hanya menulis dua baris sehari.

Asy Suhkani mengatakan, "ternyata kurasakan buah yang dihasilkannya."

Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sebaik-baik amal adalah yang dilakukan pelakunya secara terus menerus sekalipun sedikit."

Teruslah menulis hingga hidup kita sampai di guratan takdir.

Teruslah berkarya hingga kaki menginjak tanah kebahagiaan.


Bungbulang, 18 Maret 2019

0 Response to "Menulis Ladang Berbagi Insprirasi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Sari Roti

Minuman